Hello sahabat pembaca dan penyuka dunia travelling. Semoga sehat sehat saja selama masa pandemi di bulan Ramadan ini. Meskipun para traveller saat ini tak bisa ke mana mana, hanya muter muter rumah dan paling jauh staycation di hotel sebelah tetap harus menjaga keseimbangan agar stamina tetap fit dan kesehatan mental terjaga.
Saya mau cerita kembali di sini hal hal menarik lain yang biasa saya lakukan kalau lagi travveling ke negeri orang. Kalau pergi ke spot photo ikonik itu sudah pasti dan wajib ya. Tetapi ada hal yang mungkin tak menarik bagi orang lain tapi sangat menarik bagi saya untuk dikunjungi saat berada di kota lain di manapun. Baik itu di dalam negeri maupun luar negeri. Apa itu ?
Buat saya yang makemak ini pasti tak pernah lepas dari yang namanya dapur. Dapur itu adalah daerah kekuasaan saya. Di dapur saya jadi ratu. Loh kok tiba tiba bicara dapur ? Itu dia. Di dapur saya biasanya melakukan tugas tugas saya sebagai ibu rumahtangga, yaitu memasak. Memasak adalah salah satu rutinitas keseharian saya di samping seabrek tugas lainnya.
Karena setiap hari saya harus masak, saya juga harus cek setiap kebutuhan dapur dan bahan masakan yang tersedia. Bicara bahan masakan ini, saya suka berbelanja sendiri di supermarket dan pasar tradisional. Pasar tradisional adalah tempat favorit saya.
Apa Itu Pasar Tradisional
Pasar Hledan Yangon, Myanmar Tawar menawar harga pas Pedagang beras di pasar Hledan
Pasar tradisonal adalah tempat pembeli dan penjual melakukan transaksi langsung di mana ada tawar menawar antara pembeli dan penjual. Transaksi hanya akan terjadi jika kedua belah pihak sepakat dengan harga barang. Pasar tradisional bisa dikenali dari bentuk bangunannya berupa kios, gerai atau los yang dibuat secara terbuka. Barang-barang yang dijual biasanya kebutuhan rumahtangga, seperti sembilan bahan pokok, sayur-mayur, ikan kering dan basah juga makanan tradisional macam kue-kuean.
Pasar tradisional ini sangat mudah dijumpai di setiap kota maupun desa. Jika di kota biasanya buka setiap hari kalau di desa mungkin hanya hari tertentu saja.Ada juga yang hanya buka pagi hari atau sore hari. Di Thailand sangat populer dengan pasar malam untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bagi saya berbelanja di pasar tradisional ini sangat menarik karena ada interaksi pembeli dan penjual dengan cara tawar menawar barang. Ada rasa puas tersendiri jika saya bisa membeli barang sesuai dengan harga yang saya tawar. Meskipun hanya sedikit harga yang dikurangi tapi karena ada pertemuan dan kesepakatan harga itu yang membuat ada rasa yang menyenangkan memperolehnya.
Pasar atau Onan Tigaraja, Parapat,Indonesia Hindu Market, Dhaka, Bangladesh
Jadi, jangan heran jika saya pergi ke manapun, saya selalu mencoba mendatangi pasar tradisional. Selain tantangan mendapatkan harga yang diinginkan dengan tawar menawar tadi ada keseruan lain yang bisa dinikmati saat berbelanja di pasar tradisional. Antara lain saya bisa melihat potret kehidupan orang lokal secara nyata dan lebih dekat. Untung untung bisa diajak berkomunikasi dan bercerita seputar kehidupan orang-orang yang ada di pasar tersebut.
Hal lain yang juga sangat menarik adalah melihat barang-barang yang diperdagangkan di pasar tradisional banyak yang unik dan tak bisa diperoleh di supermarket. Seperti makanan tradisional yang dibuat sendiri atau disebut home made biasanya pilihannya lebih banyak di pasar. Untuk jenis sayur mayur biasanya jauh lebih segar dan bugar beli di pasar tradisional. Dan yang tak kalah penting harga di pasar tradisional itu lebih murah dbandingkan di supermarket, apalagi kalau pintar menawar. Kalau sudah saling kenal dan jadi langganan biasanya pedagang suka memberi hadiah tambahan dari barang dagangannya.
Untuk barang dagangan di pasar tradisional ga semua juga harus ditawar. Ada barang yang tak perlu ditawar lagi karena harganya sudah hampir sama setiap hari, misalnya sayur mayur. Biasanya harganya tak signifikan berubah. Apalagi makanan sudah pasti tak perlu ditawar ya. Nanti dikira pelit dan merki hahahaha….
Hanya saja ada kekurangan dari pasar tradisional ini, misalnya soal sampah dan kebersihan barang dagangannya. Kadang sampah dibiarkan saja menumpuk dan barang dagangan banyak yang terkena debu karena dibiarkan terbuka. Kadang juga kalau musim hujan pasar tradisional bisa jadi sangat becek dan banyak lalat karena pasar yang terbuka atau menjadi sangat panas saat matahari bersinar terang. Ini jadi tantangan lain jika datang ke pasar tradisional, harus menyiapkan mental untuk menerima semua keadaan itu.
Jika kebetulan pasar yang saya kunjungi pasar di luar negeri, yang menjadi kendala adalah bahasanya. Tapi yang namanya pedagang itu pintar pintar meskipun tak bisa berinteraksi dengan bahasa, kalkulator menjadi bahasa pemersatu bagi pedagang dan traveller yang tak bisa berkomunikasi dalam bahasa yang sama. Pedagang cukup ketik angka harga barang dan kita bisa menawar dengan mengetikkan harga yang kita mau. Tawar menawar begini sudah sangat umum di pasar tradisional yang banyak dikunjungi turis.
Maeklong Train Market, Thailand Berkunjung ke pasar tradisional Maeklong
Kalau tidak ada kalkulator, uang bisa jadi bahasa pemersatu lainnya. Yaitu dengan menunjukkan sejumlah uang sesuai dengan harga barang tersebut. Unik bukan ? Saran saya kalau mau belanja ke pasar tradisional siapkan juga uang lokal dalam bentuk pecahan yang terbesar sampai terkecil untuk memudahkan transaksi.
Nah, untuk traveller penyuka streetphotography, pasar tradisional menjadi tempat paling menarik untuk mengabadikan berbagai macam aktivitas oran-orang di sana. Semua kegiatan yang terjadi secara spontan dan alami apa adanya.
JIka ada waktu yang panjang saat berkunjung ke suatu tempat sempatkanlah berkunjung ke pasar tradisionalnya. Ada banyak cerita yang bisa dibagikan dari berwisata belanjadan mencari kuliner ke pasar tradisional ini. Bisa menambah wawasan tentang kebiasaan dan kearifan lokal warga setempat.
Bagaimana? Apakah sobat traveller tertarik untuk berwisata belanja dan mencari kuliner ke pasar tradisional ?
Pasar Tradisional di Gulshan-Dhaka,Bangladesh Memilih yang terbaik
“People spend money
when and where
they feel good”
~Walt Disney~
memang menyenangkan kalau bisa ikut membaur dengan warga lokal ya mbak
melihat lihat kehidupan di dalam pasar dan mendengar para pedagang saling bersahutan, rasanya udah kayak ikutan hepi
kalau aku ada waktu, biasanya memang blusukan pasar, kayak misalnya ke pasar tradisional di daerah labuan bajo, lupa namanya, kita sewa angkot dan berhentilah di pasar
kayaknya kalau kapan kapan ke kota yang baru, asik juga diagendakan mampir ke pasar tradisionalnya, menarik
SukaSuka