Pernah mengalami zaman susah macam sekarang ini di sekitaran tahun 1997. Saat itu krisis moneter terjadi di seluruh belahan dunia. Waktu aku baru tamat kuliah. Cari kerja susah, yang ada justru karyawan banyak di PHK. Ditambah lagi reformasi 1998 turunnya pak Harto yang diikuti kerusuhan yang dikenal dengan tragedi Mei 1998. Hidup makin susah. Harga-harga melonjak naik. Toko-toko takut buka karena adanya penjarahan. Perekonomian kolaps. Banyak usaha tutup. Satu-satunya pekerjaan yang memungkinkan untuk cari duit adalah menjadi sales.
Jadilah aku sales asuransi dan kartukredit waktu itu. Ini bukan mauku, tapi aku harus bertahan di kota metropolitan yang katanya lebih kejam dari ibu tiri itu ? Padahal ga semua ibu tiri kejam, iya kan ? Artis-artis ramai ramai bikin kafe tenda di Semanggi. Tapi jujur aja aku ga tahu di mana sebenarnya kafe kafe itu berada. Lah, ga punya uang mau ke sana. Buat bayar kost aja susah, zaman itu.Salah satu produk asuransi yang pernah kujual itu dari L*pp*. Tapi aku cuman bertahan hanya satu tahun. Persaingan berat jendral. Mana orang susah cari makan malah disuruh buat beli asuransi. Ditolak gaes. Tahu kan rasanya ditolak terus, perih …! Penghasilan agak lumayan itu ketika aku kerja sebagai sales kartukredit di H*BC. Waktu itu bank “dipaksa” mengucurkan dana ke masyarakat dengan mempermudah pembuatan kartukredit. Tujuannya agar orang orang berbelanja.
Di sini perputaran ekonomi mulai terasa membaik. Tempat kerjanya pun keren di Sudirman. Gaya udah persis esmud, eksekutif muda loh bukan es kelapa muda. Tahu kan Sudirman itu di mana ? Maksudku jalan Sudirman bukan pak Sudirman. Di sini aku bertahan kerja selama 2 tahun. Semua mall di Jakarta sudah kudatangi saat pameran. Kami bekerja sebagai sales dari pameran ke pameran. Banyak kenalan dulu di sini. Termasuk alumni dari sekolah penerbangan yang di Tangerang itu. Aku heranlah, kok sekolah pilot jadi sales kartu kredit ? Artinya semua jurusan kesulitan cari kerja waktu itu.

Setelah keluar dari H*BC aku kerja di tvkabel, teuteup jadi sales. Kali ini jadi telemarketing. Di sini pun susah jualannya. Salah satu produk yang dijual waktu itu adalah internet pakai modem. Yang berlangganan internetpun masih orang orang kaya. Harga paket internet dan tvkabelnya lumayan mahal untuk ukuran zaman itu. Paling susah kan menghubungi orang kaya. Yang angkat telepon paling juga pembantu yang diajari bilang : bapak lagi di kantor, ibu lagi arisan. Begitu terus sampai akhir bulan. Kapan aku bisa dapat target kalau begitu terus ?Aku cuma bertahan selama setahun sebagai telemarketing kemudian dapat tawaran pindah jadi CS.
Di customer service roda perekonomian kembali berputar karena kami diberi kesempatan berjualan produk dapat komisi dan gaji pokok yang lumayan buat menopang hidup anak kost macam aku ni.Begitulah hidup terus berputar sampai aku menikah, ikut suami kerja di luar negeri. Berpindah pindah dari satu negara ke negara lain. Dari satu bandara ke bandara lain. Dan aku harus bertahan.
Suatu waktu aku transit di KLIA. Dari kejauhan kulihat seseorang sepertinya kukenal. Berpakaian seragam pilot. Duduk di gate keberangkatan. Duh, tegur ga ya ? Kok aku jadi nervous. Itu kan temanku dulu waktu kerja jadi sales kartu kredit udah jadi pilot benaran. Kucarilah dia difsbuk, ketemu.Aku kirim pesan di inbox, apa benar dia sekarang udah jadi pilot di Air*as*a. Dia jawab iya,betul. Kuceritakan aku melihatnya di KLIA tapi ragu menegurnya. Kok, ga di sapa aja mbak, katanya. Oh, ternyata dia masih ingat aku. Senang rasanya melihat temanku itu akhirnya menjadi apa yang dicita citakannya. Menjadi Pilot. Dia tetap bertahan.Sekarangpun zaman kembali susah.
Pandemi membuat orang tak bisa ke mana mana. Perekonomian lumpuh. Tapi aku tetap percaya ini hanya sementara. Keadaan akan segera pulih. Yang terpenting saat ini melakukan apa yang bisa dilakukan meskipun tak sesuai dengan keinginan kita. Kebosanan bisa membunuhmu, jadi lakukanlah sesuatu untuk mempercepat pemulihan keadaan. Misalnya, jangan ngeyel kalau disuruh 3M, maskeran, mencucitangan, menjaga jarak dari orang lain.
Jangan mempersoalkan orang yang mau divaksin atau tidak. Biarkan mereka memilih. Saat inipun aku mencoba melakukan kembali apa yang bisa kulakukan sama seperti tahun tahun krisis moneter dulu. Selain hal di atas, aku mengisi waktu dengan mengikuti kelas online yang kalau dipikir buat apa sih ? Mungkin sekarang seperti tak ada gunanya, tapi nanti akan bermanfaat karena kupikir ini cara untuk bertahan tetap waras. Untuk para ibu yang mulai frustasi menghadapi anak sekolah daring, bertahanlah.
Semoga kita semua mampu bertahan sampai keadaan ini membaik. Semoga pandemi segera berlalu …!
“Saya sangat percaya bahwa semua akan indah pada waktunya oleh kemurahan dan kebaikan Tuhan”
— Risma Purnama
