Salah satu atraksi turis yang seru dan wajib dicoba selama berada di Myanmar adalah naik kereta. Banyak kota di Myanmar yang sudah dihubungkan dengan jalur kereta. Kereta sudah menjadi salah satu transportasi darat yang banyak diminati orang lokal maupun pelancong. Mengingat harga tiket pesawat yang cukup mahal untuk penerbangan domestik, pilihan naik kereta menjadi solusi untuk mengirit biaya. Beberapa kali kami gagal untuk bepergian dengan menggunakan kereta. Jarak yang terlalu jauh dan lama perjalanan membuat kami membatalkan perjalanan naik kereta dan memilih naik bus karena lebih praktis. Pilihan jam keberangakatan naik bus lebih fleksibel daripada naik kereta. Namun keinginan untuk naik kereta tetap ada. Pengen tahu rasanya naik kereta di Myanmar itu seperti apa sih ?
Salah satu kota yang memungkinkan kami pergi dengan kereta tapi dengan waktu yang singkat adalah kota Bago. Bago berada sekitar 91 km dari Yangon. Bago atau Pegu dulunya adalah pusat kerajaan Buddha Theravada. Dulunya Bago dipimpin oleh seorang ratu bernama Shin Sawbu. Ratu tersebut memilih seorang pendeta Buddha, Dhammazedi untuk menggantikannya. Dari sinilah Bago kemudian menjadi pusat kerajaan Buddha dibawah kepemimpinan Dhammazedi. Tentunya di sini banyak ditemukan pagoda dan peninggalan sejarah kerajaan Mon. Bago menjadi salah satu tujuan wisata religi yang banyak dikunjungi orang lokal untuk ziarah.
Ini bukan perjalanan menuju Hogwarts tapi Bago
namun rasanya seperti masuk ke dunia mistis yang penuh legenda.
~Traveller quote~
Kami datang ke Yangon Central Railway Station pada hari Kamis karena kebetulan hari libur. Ternyata tiket tidak dijual on the spot. Kami harus datang lagi hari Jumat untuk pembelian tiket hari Sabtu karena penjualan tiket ke Bago pada hari itu sudah tutup. Repot kali ya. Memang, karena tak ada penjualan tiket online. Jadi kami harus cari informasi langsung ke stasiun kereta. Untuk bisa naik kereta dari Yangon ke Bago harus membeli tiket sehari sebelum keberangkatan. Jadwal keberangkatan ada 4 kali yaitu. : 05.00 ; 06.30 ; 15.45 ; 18.00. Kami memilih jam 06.30 dan tiba di Bago 09.00 karena rencana kami pulang hari saja. Satu hari perjalanan cukuplah untuk menyusuri kota Bago. Begitu perkiraan kami. Harga tiketnya cukup murah, hanya 600 Kyatt. Sebenarnya tidak ada kereta khusus sampai di Bago. Bago hanyalah stasiun perhentian pertama kereta jurusan Yangon ke Mandalay.



Dari rumah kami berangkat masih sangat pagi. Sengaja kami tiba lebih awal takut ketinggalan kereta. Apalagi ini pengalaman pertama naik kereta di Myanmar. Kami belum tahu lika liku naik kereta. Jadi lebih baik siapkan waktu lebih agar tak terburu buru mencari platform kereta. Tiba di stasiun suasana masih sepi. Beberapa kereta sudah ada yang berangkat. Kami masih menunggu. Tak lama kemudian giliran kereta jurusan Bago boarding. Kami mencari gerbong dan nomor tempat duduk di gerbong upper class sesuai yang tertera di tiket. Keretanya sudah tergolong usia tua. Terlihat bersih tapi kursi terlihat sudah karatan. Tapi tempat duduknya lumayan lapang dan penumpang terisi penuh sesuai jumlah tempat duduk. Tepat waktu kereta beraangkat.
Sepanjang perjalanan saya melihat pemandangan sawah yang lagi mengering habis panen. Saat itu memang musim panas jadi sawah ladang terlihat tandus mengering karena tak ada air hujan. Kereta berjalan terasa sangat lambat. Beberapa kali kami berhenti menunggu giliran kereta yang berlawanan arah lewat dulu. Bahkan orang orang ada yang sampai turun dari kereta karena bosan menunggu. Jarak 91 km ditempuh dengan waktu 2.5 jam tentu membosankan. Itu bukan jarak yang jauh tapi karena jalur kereta yanga satu terpaksa harus menunggu saling bergantian.


Tiba di Bago kami disambut para supir pick up yang menawarkan jasanya untuk keliling Bago. Tawar menawar kami dapat harga 25.000 Kyatt untuk tujuan beberapa tempat. Kami meminta waktu kembali sekitar jam 17.00 karena kami akan pulang ke Yangon naik kereta jam 18.00. Sebelumnya kami sudah cek jadwal dulu di loket pembelian tiket pulang ke Yangon. Petugas bilang kami harus kembali satu jam sebelum keberangkatan karena penjualan tiket baru ada satu jam sebelum keberangkatan. Sebelum menuju tempat wisata kami makan pagi dulu di sebuah warung lokal buat isi perut yang masih kosong sedari tadi pagi. Setelah perut kenyang kami mulai berpetualang di kota Bago. Naik Pick up !
Beberapa tempat wisata yang kami kunjungi itu tak lain tak bukan adalah pagoda dan satu istana kerajaan. Banyak pagoda di Bago tapi tak semua kami kunjungi hanya beberapa saja, antara lain Shwemawdaw Paya, Shwethalyaung Buddha, Kyaikpun Pagoda dan Kambazathadi Golden Palace. Untuk masuk ke dalam pagoda dikenakan biaya 10.000 Kyatt bagi turis asing untuk beberapa pagoda. Untuk orang lokal gratis. Banyak orang lokal datang untuk ziarah. Tak heran banyak juga pedagang yang berdatangan menggelar dagangannya di halaman pagoda.





Saya tak lupa beli oleh oleh untuk dibawa pulang. Dua ikat bengkuang seharga 500 Kyatt. Berat sih. Tapi asal tahu saja, bengkuang di sini itu enak banget. Rasanya manis dan berair. Enak dan segar di makan apalagi musim panas begini. Lagipula kami jadi terlihat seperti orang lokal. Rugi kalau ga beli karena harga bengkuang di Yangon jauh lebih mahal. Satu ikat bisa mencapai 800 Kyatt. Kami juga sempatkan mengunjungi pasar tradisional Bago. Tapi tak banyak yang bisa dilihat karena pasar tradisional Bago ini tak terlalu besar.
Pak supir menawarkan kami untuk mengunjungi Snake Pagoda. Di sana ada ular python besar, kami menolak. Di Myanmar memang terkenal dengan ular phyton dan masih banyak jumlahnya. Ular python ini juga dipelihara dalam pagoda. Mereka sudah terbiasa dengan ular phyton dalam pagoda, tapi saya tidak. Orang lokal datang untuk menziarahi Snake Temple ini. Menurut legenda ular pyhton dalam pagoda ini adalah reinkarnasi seorang putri dari kerajaan Shan.
Pak supir ini juga bercerita dia pernah bekerja di Malaysia selama 10 tahun. Tak heran jika pak supir ini bisa berbahasa Melayu. uang hasil menabung di beli untuk beli pick up sebagai modal usahanya setelah berhenti bekerja dari Malaysia.
Setelah berkeliling dari satu pagoda ke pagoda lain dan melihat istana emas, kami kembali ke stasiun kereta Bago sekitar 17.00. Kami beli tiket dan harus menunggu dulu, kata pak petugas kereta telat satu jam. Ok baiklah. Tapi ternyata kereta tak telat satu jam tapi dua jam. Kami berangkat dari Bago sudah jam 20.00 tiba di Yangon jam 21.30. Perjalanan lebih cepat satu jam karena tak ada perhentian yang kami singgahi. Kereta melaju lebih cepat dibandingkan saat dari Yangon ke Bago.
Demikianlah perjalanan seru satu hari dari Yangon ke Bago rasanya cukup memuaskan. Senang rasanya bisa menikmati bagaimana rasanya naik kereta di Myanmar. Menurut saya naik kereta di sini cukup aman meskipun masih kurang nyaman karena fasilitas yang terbatas. Tak terbayangkan jika naik kereta dari Yangon sampai Mandalay yang memakan waktu hampir 17 jam. Tentu sangat membosankan jika kita tak pintar mengisi waktu dan mencari kegiatan yang menghibur.
Perjalanan ini bukan karena kami ingin lari dari kehidupan tapi agar kehidupan tak lari dari kami
~Traveller Quote~