Tips Aman Travelling Dan Cara Membuat Visa Ke Bangladesh Selama Pandemi

Saya ingin berbagi tips aman perjalanan keluar negeri selama pandemi ini dengan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi. Tapi sebelumnya, apakah aman saat ini pergi keluar negeri ? Jujur saja saya bilang harus tetap hati hati meskipun beberapa negara sudah membuka bandara international. Untuk saat ini lebih baik diam di dalam negeri saja dulu jika memang tak ada yang mendesak yang harus dilakukan di luarnegeri. Saat ini banyak negara hanya membuka pintu untuk orang asing untuk keperluan bisnis, diplomatik dan pelajar saja. Untuk turis sepertinya masih banyak yang tertutup kecuali negara tertentu seperti Maldives dan Uni Emirat Arab atau Dubai.

Pengalaman yang ingin saya bagikan terbang keluar negeri adalah ke Bangladesh. Pada bulan Juni tahun lalu Pak suami mendapat panggilan misi di Bangladesh dari organisasi tempatnya bekerja selama ini. Sebelumnya kami sempat menganggur selama 6 bulan karena tak ada panggilan selama pandemi berlangsung. Tentu kesempatan ini kami ambil segera.

Untuk bisa masuk ke Bangladesh kami harus memenuhi persyaratan yang harus kamu urus terlebih dahulu di dalam negeri, yaitu pembuatan visa. Pembuatan visa ini tak terlalu sulit. Persyaratan tambahan yang harus kami lakukan adalah rapid test. Kami melakukan rapid test di RS Vita Insani Pematang Siantar. Prosesnya tak lama meskipun ada beberapa antrian. Biaya rapid test pada saat itu Rp. 300.000. Rapid test adalah metode untuk mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh untuk melawan virus corona secara cepat. Caranya dengan mengambil sample darah dari dalam tubuh. Hasil pemeriksaan kami non reaktif. Surat keterangan yang dikeluarkan dari rumah sakit ini menjadi satu syarat administrasi untuk mengajukan visa Bangladesh.

Meskipun kami tidak tinggal di Jakarta akan tetapi pihak kedutaan Bangladesh cukup baik bekerjasama dengan kami. Kami bisa mengurus visa secara online. Biaya visa yang harus kami bayar Rp. 1.800.000 perorang. Setelah visa kami disetujui, kami mengirimkan passport kami ke alamat kedutaan Bangladesh untuk distempel. Selesai dengan pembuatan visa ini kami kemudian mendapat kiriman tiket dari organisasi.

Berikut Persyaratan lengkap yang kami sertakan saat mengajukan visa ke kedutaan Bangladesh di Jakarta :

1.Undangan dari organisasi tempat bekerja di Bangladesh.

2. Kartu keluarga.

3. Surat keterangan hasil rapid test.

4. Pasphoto 3×4

5. Passport

6. Dummy Tiket/bookingan tiket

7. Form aplikasi online

8. Fee Rp.1.800.000 perorang

Semua data discan dan dikirim online via WA. Alamat Kedubes Bangladesh : Jl. Karang Asem Utara Blok C4 no. 12 Kav 42 Jakarta Selatan 12950 Indonesia

Atau bisa akses di https://bdembassyjakarta.org/bangladesh2013/index.php?option=com_contact&view=contact&id=1&Itemid=73&lang=id

Rute yang harus kami lalui sedikit menjadi lebih jauh dibandingkan kondisi normal. Pilihan rute harus melalui Jakarta-KLIA-Dhaka atau Jakarta-Dubai-Dhaka. Tidak semua bandara untuk penerbangan ke Dhaka. Jadwal yang ada pun terbatas, tidak tiap hari. Kami memilih via KLIA karena waktu terbangnya lebih singkat. Maskapai yang tersedia hanya ada dua, yaitu Malaysia Airlines dan Emirate. Harga tiketnya juga melambung mahal. Untung dibayari, kalau bayar sendiri tekor juga. Ini juga yang membuat pergi travelling di saat pandemi bukan pilihan bijak apalagi hanya sekedar pergi plesiran .

Untuk bisa terbang kami harus melakukan test swab/PCR. Swab test adalah cara pengambilan bahan sample atau bahan pemeriksaan melalui lubang hidung dan tenggorokan dengan mengusap di dalam hidung dan tenggorakan pakai alat yang dibalut kapas diujungnya. PCR adalah metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA Virus. Bangladesh meminta masa berlaku test selama 72 jam. Artinya waktu berlaku dihitung dari pertama kami melakukan swab sampai kami tiba di Dhaka adalah 72 jam. Ketentuan ini bisa berbeda tiap negara. Jadi sebelum berangkat ke negara tujuan ada baiknya mencari informasi tentang ketentuan masa berlaku swab test tersebut. Bisa saja ada yang berbeda masa berlakunya. Kamipun mencari rumah sakit yang bisa melakukan test swab, yaitu di RS Murni Teguh Medan. Sebelumnya kami sudah menghubungi salah satu marketing di sana untuk memastikan jam swab test dan hasil test kapan akan keluar. Biasanya mereka akan menanyakan tiket dan jadwal pesawat terbang. Untuk biaya test ini dikenakan sebesar Rp. 2.000.000,-. Proses test tak berlangsung lama karena tak ada antrian.

Setelah mendapat hasil swab test keesokan harinya kami ke bandara untuk check in. Untuk masuk ruang check in kami ditest suhu dulu dan harus menggunakan masker. Kami membawa surat keterangan swab test tersebut untuk distempel oleh pihak bandara. Setelah mendapatkan stempel tersebut pihak counter check in kemudian memberikan boarding pass. Kami juga diberikan face shiled.

Bandara terlihat masih sangat sepi meskipun penerbangan domestik sudah dibuka saat itu. Counter tempat berjualan di dalam bandara masih tutup. Hanya satu dua counter yang masih beroperasi, salah satunya counter Roti Boy. Untuk makan siang “terpaksa” kami hanya makan Roti Boy saja.

Tiba di bandara Soekarno Hatta kami kembali check in untuk penerbangan international. Di sini kembali ditanyakan surat keterangan swab test. Dari Soeta kami terbang ke KLIA. Di sini kami hanya diijinkan transit. Saat itu Malaysia belum menerima warga asing masuk ke Kualalumpur. Bandara KLIA juga terlihat sangat sepi dan gelap. Bandara yang biasanya ramai bagaikan mall ini tampak seperti kuburan. Semuanya sepi. Hanya tempat tertentu yang dibuka aksesnya. Semua penumpang transit diawasi agar tak berkeliaran di seputaran bandara. Lagipula tak ada yang bisa dilihat. Semua counter tutup apalagi waktu kami sudah sampai malam hari.

Kami tiba di Dhaka sekitar jam 22.00 waktu setempat. Sebelum masuk counter imigrasi kami harus mengisi beberapa form kedatangan. Setelah itu petugas memeriksa surat keteranga swab test dan memberikan stempel. Kemudian kami baru dijinkan masuk ke counter imigrasi. Kami dijemput oleh shuttle hotel tempat kami menginap. Kami menginap satu malam di Dhaka. Besoknya kami melanjutkan perjalanan ke Cox’s Bazaar karena di sinilah pos kami ditempatkan. Saat check in di bandara domestik kami diberi sarung tangan plastik. Sesampainya di Cox’s Bazaar kami harus menjalani karantina selama 14 hari sesuai ketentuan yang berlaku saat itu.

Demikianlah ketentuan yang harus kami jalankan saat melakukan perjalanan September 2020 tahun lalu. Tentunya syarat dan ketentuan itu sebagian telah berubah sesuai dengan perkembangan Covid 19. Terlebih setelah adanya vaksin. Beberapa negara mewajibkan surat vaksin jika mau berkunjung ke suat negara. Saran saya untuk tips aman bepergian keluar negeri adalah tetap memantau setiap perkembangan informasi tentang pandemi covid 19 ini. Mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan di setiap negara. Misalnya menggunakan masker, memakai sarung tangan, memakai faceshield, mencuci tangan dan menjaga jarak. Jika memang tak penting penting benar, janganlah dulu bepergian karena bisa saja kebijakan yang selalu berubah ubah setiap saat membuat perjalanan bisa sangat terganggu. Jangan sampai terjebak lockdown di negara lain karena itu membuat tak nyaman. Kecuali memang ada yang menjamin keberadaanmu di negara tersebut. Misalnya organisasi tempatmu bekerja. Semoga pandemi segera berlalu agar semua normal kembali

Happy Travelling

Selamat datang di Bangladesh

Jangan pernah menyerah

meskipun pandemi merajalela

Anggaplah ini hanya masa istirahat dari travelling.

~Traveller Quote~

2 Comments

  1. hallo kak.. untuk dapat melihat rumah sakit (for PCR) yg direkomendasikan oleh kedutaan/negara bangladesh di mana ya link nya? kebetulan sy di jawa barat..thanks

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.