Sengaja datang ke Berlin cuman mau lihat tembok Berlin. Tembok yang dibangun 1961 yang memisahkan Jerman Timur dan Jerman Barat. Tembok ini diruntuhkan 1989 dan merupakan lambang kebebasan Jerman bersatu. Pagi hari di musim semi yang masih dingin, kami pergi menuju sisa reruntuhan tembok Berlin ini.
Kami berjalan dari lokasi kami menginap di Alexanderplast. Lokasi yang kami tuju East Side Gallery. Setelah berjalan 2.5 km kami sampai juga di tujuan. Oh… ini tembok Berlin, kataku sambil manggut manggut. Karena masih pagi orang belim ramai di sana. Kami masuk ke dalam sebelah sisi taman tembok. Ada banyak graffiti dan mural di tembok itu.

Aku segera mengeluarkan camera hape, asyik ambil photo sana sini. Tetiba segerombolan anak remaja mendekati kami. Dua anak gadis menunjukkan kertas dilaminating bergambar kursi roda, mereka minta sumbangan.Aku dan suami menolak ! Aku sudah pernah baca modus orang minta sumbangan model begini di tempat turis. Mereka suka maksa dan nyopet juga. Merasa ditolak, mereka kemudian memepet aku ke arah tembok. Tolong, berita tanda tangan di sini jika tak menyumbang, kata salah satu gadis remaja itu. Tidak ! Kataku menolak.
Mereka makin mendorongku ke tembok, memaksa menandatangani. Aku seperti dikeroyok. Mereka bertiga di depan, sebagian mendekati suamiku. Hei jangan memaksaku, kataku mulai marah ke seorang gadis yang mendorongku ke tembok. Suamiku juga menolak berusaha menghalau mereka yang mengepungku. Tolonglah, hanya tandatangan saja kok, kata mereka lagi mendesak. Aku mulai marah dan membentak dan menarik baju salah satu dari mereka, mendorongnya dari hadapanku.

Jangan pegang aku, teriak si gadis itu berlari.Tetiba aku tersadar ada yang menghentak di tas selempangku. Aku tersadar, spontan melihat isi tasku. Kosong! Dompetku raib, hape juga tak ada! Aku mulai panik. Brengsek! Mereka mencopetku ! Segera tanganku menarik salah satu dari mereka yang masih di sebelahku. Manaaaa dompetku! teriakku keras.Suamiku dengan refleks menangkap juga satu orang yang dekat aku. Mengangkat tangannya. Dompetku jatuh dari kepitan di ketiaknya. Cepat suamiku mengambil dompetku yang jatuh di tanah yang becek itu.Hapeku mana, siapa yang ambil !
Cepat kembalikan! Teriakku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya. Bukan aku yang ambil, kata gadis remaja itu ketakutan.Gerombolan bajingan tengik ini ada sekitar 6 orang. Sebagian sudah lari keluar tembok, segera kukejar yang lain sampai dapat. Kembalikan hapeku, kataku memegang tangan temannya yang lain.

Aku tak ambil hapemu, katanya mengelak.Aku terus memaksa sambil teriak marah. Itu hapemu di tanganmu, kata teman yang lain copet itu. Kulihat ditanganku ternyata aku masih memegang hapeku. Sangking paniknya dicopet para berandal tengil ini akupun tak sadar lagi kalau tangan kiriku masih pegang hape. Tadi kan lagi asyik moto saat dikeroyok para cecunguk ini.
Akhirnya kulepas tangan si gadis itu, mereka kemudian berlarian menyebrang jalan. Dari seberang mereka teriak entah apa, kubalas lagi teriakan mereka : f**k you ! Kataku sambil menunjukkan jari tengah. Sepertinya mereka salah pilih korban, inang inang terminal Siantar dilawan ! Tembok Berlin mungkin sudah runtuh dan jadi lambang kebebasan tapi bukan berarti bebas juga dari tindakan kriminal. Maka, waspadalah waspadalah ! Pesan bang Napi …Demikianlah drama tembok Berlin hari ini.
Tamat


