Suatu waktu di bandara Srinagar-Khasmir di musim dingin tahun lalu, aku merasa sudah kebelet kali mau pipis. Cuaca dingin yang menusuk sampai ke tulang membuat bawaan mau buang air terus. Jengkel juga sebenarnya bolak balik kamar mandi, mana harus ngantri pulak…
Kebetulan memang banyak penerbangan yang tertunda pada saat itu karena cuaca buruk, bahkan ada beberapa yang dbatalkan. Di musim dingin, badai salju yang ganas di India memungkinkan ini semua terjadi. Itulah sebabnya terjadi penumpukan penumpang di ruang tunggu, restaurant, bahkan ngemper di lantai yang dingin.
Tapi aku tak mampu lagi bertahan, bulu kuduk mulai merinding menahan dingin dan kebelet pipis. Berjalan menuju kamar mandi sambil menahan pipis membuat badan semakin terasa dingin. Betul kan, di kamar mandi ga habis habisnya orang ngantri.
Sambil menahan rasa ingin segera pipis itu, aku mengamati orang orang yang antri di depanku. Karena ini kamar mandi perempuan rata rata mereka membawa tas tangan, aku tidak.
Tas tangan kutitip sama suami, biar ga repot cari gantungan di kamar mandi. Kadang ada loh kamar mandi ga ada gantungannya. Kebayangkan pipis sambil meluk tas ? Repot tauk …!
Kuperhatikan mereka, perempuan lokal yang membawa tas tangan itu selalu menitipkan tasnya ke orang di belakangnya. Tadinya kukira mereka sekawanan, tapi rupanya tidak.
Aku berpikir kok bisa ya mereka saling menitipkan tas ke orang yang bukan kenalannya? Ku duga di dalam kamar mandi itu memang tak ada gantungannya sehingga mereka saling titip tas, ke orang yang di belakangnya lagi.
Sampai tiba giliran ibu dengan seorang balita yang berada di hadapanku, juga bawa tas tangan. Aku bingung ketika tiba tiba ibu itu juga, menitipkan tasnya ke aku.
Tolong pegang ya, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tertegun, tanganku menerima tasnya, tapi otakku bilang jangan mau, kamu kan ga tahu isi tasnya, nanti kamu dikira mencuri pulak kalau ada isinya yang hilang atau dia lupa. Tapi lidahku kelu.
Rerata antrian makan waktu 2 sampai 3 menit di dalam kamar mandi, tapi rasanya seperti berjam jam. Dadaku berdegup kencang, kok lama kali ibu ini keluar pikirku. Padahal wajar aja sih sebenarnya, ada anak balita yang harus diurusnya di dalam.
Pikiranku mulai liar akan teori konspirasi. Wah, jangan jangan aku mau dijebak. Jangan jangan di dalam tasnya ada heroin, jangan jangan …dan segala kecurigaan dan teori konspirasi tentang jaringan mafia narkoba yang mau menjerat korbanya, apalagi ini kan di bandara.
Kenapa mereka begitu saja percaya menitipkan tasnya ke orang lain ? Tak saling kenal pulak ! Kalau di kampungku, jangankan menitip tas ke orang yang tak dikenal, lah pot dan bunganya aja bisa hilang dari halaman rumah.
Apalagi isi tas, di mana kita semua tahu, yang namanya tas tangan perempun itu, isinya pasti barang berharga, selain sisa makanan yang -sayang dibuang, siapa tahu nanti dimakan lagi, tapi ternyata bisa sampai membusuk di sana karena kelupaan-.
Mataku jadi waswas, ke mana tas ini akan kucampakkan jika tiba tiba ada petugas bandara menggeledah kamar mandi, dan tas jebakan itu ada di tanganku.
Kemudian mereka menggariku, menggiringku di bandara, orang orang melihatku penuh curiga. Bayangan ruang interogasi yang menakutkan. Aku mulai keringatan, seketika itu juga kudengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Ibu itu keluar dengan senyum manis, meraih tas tangannya dariku. Aku masih bengong tak berkata apa apa ketika dia bilang terimakasih kemudian pergi sambil menggandeng anaknya yang terlihat ceria setelah buang hajat.
Cepat cepat aku masuk kamar mandi, menarik nafas lega, kemudian pipis dengan lega sekali. Kemudian aku tersenyum dan ketawa ngakak sendiri di dalamnya. Pikiranku telah meracuniku dengan teori konspirasi yang kubangun sendiri.
Aku berjalan kembali ke ruang tunggu, kulihat ibu itu duduk di ruang tunggu yang sama dengan kami. Oh, rupanya tujuan kami sama, New Delhi.
Toilet di Bandara Indira Gandhi New Delhi
Aku juga baru tahu bahwa kebiasaan menitip tas di kamar mandi ini sepertinya hal yang biasa di India. Di bandara New Delhipun, aku melihat hal yang sama juga. Menitip tas saat antri di kamar mandi ini menjadi satu cerita unik yang bisa kuingat saat travelling ke India.
E tapi tetap saja aku berharap jangan ada yang menitipkan tasnya lagi kepadaku. Cukuplah sekali itu saja. Jika ada yang mau menitipkan tas tangannya lagi, akan kutolak secara halus demi kenyamanan diriku.