Milan ! Siapa yang tak tahu kota Milan atau disebut juga Milano ? Salah satu kota paling sibuk di Italy. Selain jadi pusat bisnis, kota ini juga dikenal sebagai kota mode yang terkenal di dunia. Banyak perancang mode terkenal datang dari Milan. Selain itu Milan juga dikenal sebagai kota klub sepakbola terkenal, AC Milan dan Inter Milan.
Sebagai penggemar sepakbola, suami saya ingin mengunjungi stadion tim sepakbola favoritnya sewaktu masih anak anak, AC Milan. Inilah salah satu alasan untuk mengunjungi kota Milan. Kenapa tidak ? Penasaran juga melihat seperti lokasi pertandingan sepakbola itu yang bisa menampung puluhan ribu penonton itu ?

[dʒuˈzɛppe meˈattsa]), commonly known as San Siro, is a football stadium in the San Siro district of Milan, which is the home of AC Milan and Internazionale. It has a seating capacity of 80,018, making it one of the largest stadiums in Europe, and the largest in Italy. Wikipedia

Meskipun demikian, pernah sekali dulu waktu ke Italy, saya tidak memasukkan Milan ke daftar kota yang ingin saya kunjungi. Tapi saat kunjungan ke Eropa kedua kali, saya “terpaksa” memasukkan kota ini sebagai daftar kunjungan karena kota ini merupakan perlintasan ke berbagai tujuan di Eropa terutama Italy. Saya mau ke Genoa sebenarnya, tapi harus lewat Milan, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk singgah di Milan.
Karena waktu yang terjepit, saya menyusun rancangan perjalanan ke Milan ini agak setengah hati. Setelah cek harga penginapan lumayan mahal, Eropa memang mahal penginapannya. Nah, untuk mengirit biaya akhirnya saya ambillah hostel ditengah kota Milan. Sebelumnya kami tak pernah menginap di hostel, kali ini maksudnya pengen coba, gimana sih rasanya nginap di hostel.
Jadilah saya ambil penginapan di hostel selama 3 malam, dengan sedikit keraguan, karena di term and conditions hostel tersebut ditulis, jika telat dari jam 8 malam, maka tamu akan dikenakan biaya tambahan untuk mendapatkan kunci kamar. Ok baiklah saya setuju dengan menambah biaya tambahan, asalkan dapat kamar. Perhitungan ketibaan saya dari Lyon ke Milan memang pasti telat, karena di tiket bus tertera tiba jam 10.30 malam.
Sehari sebelumnya pihak hostel mengirim email ke saya, bilangnya kalau mereka tidak bisa menunggu. Saya balas emailnya, jika memang tak bisa tunggu, tolong beritahu kami di mana saya akan ambil kunci, karena kami pasti datang telat. Mereka tak jawab email saya lagi. Saya coba chatt di wa, tak berbalas. Saya mulai gelisah, suami saya berusaha tenang menghadapi situasi ini.
Tibalah kami di depan pintu hostel yang tertutup sudah jam 11 malam. Di tengah malam yang sepi di kota Milan yang dingin karena baru saja hujan. Kami coba bell, ga ada yang menjawab, coba telephone ga ada yang angkat. Set dah, benar benar mereka ga mau buka pintu. Saya mulai lemas. Bagaimana ini, lelah rasanya setelah 6 jam perjalanan naik bus, ingin segera meletakkan badan di tempat tidur yang empuk. Mana lapar lagi !
Dua orang yang melintas mencoba membantu kami, tapi nihil, pihak hostel tetap tak angkat telephone, bahkan tak tersambung lagi. Sebenarnya kami curiga dengan dua orang ini, satu pria seumuran saya dan satunya wanita sudah agak tua. Apakah mereka ini niat bantu atau hanya sekedar cari modus untuk menipu, kenapa mereka tiba tiba muncul di tengah malam yang sepi ini, kebetulankah?
Pupus sudah harapan kami, duduk bersandar di dinding emperan toko dengan sedikit rasa kecut di dalam hati. Mencoba menenangkan diri, ke mana kita malam ini. Seperti Maria dan Yusuf yang mencari penginapan di tengah malam yang dingin kami menyusuri jalan jalan kota Milan. Berharap ada penginapan di sekitaran situ yang masih buka dan tentunya tidak mahal.
Jam 12 malam kami masuk ke sebuah restorant fastfood yang masih buka sampai jam 1 dinihari. Sambil mengisi perut yang makin lapar, kami mencoba mencari penginapan lewat internet yang disediakan restoran tersebut.
Setelah makan malam selesai, kami mencari hostel yang berada di dekat lokasi kami. Malam semakin larut, sepinya kota Milan di malam hari membuat kami harus lebih waspada. Sambil menggeret koper kami mengikuti arah google map. Voila, kami menemukan hostel tak begitu jauh dari lokasi kami terdampar. Untungnya pihak hostel buka 24 jam dan mengijinkan kami masuk. Setelah transaksi, segera kami meletakkan badan di ranjang dormitory 4.

Tak sempat cuci muka dan ganti baju lagi, saya dan suami langsung terkapar pulas sangking sudah lelah jiwa dan hayati. Membawa kecewa ke dalam tidur, bersyukur masih ada penginapan yang menerima dan berharap besok akan ada titik terang dalam masalah ini.
Jam 8 pagi segera kami cek out, berpikiran untuk kembali ke hostel yang sudah kami booking 3 malam tersebut. Sampai jam 10 resepsionis baru datang. Kami mulai kesal. Gimana sih ini pelayanan hostelnya ? Sambil menunggu, seorang turis Asia datang, setelah ngobrol sebentar, ternyata kasusnya sama dengan kami, datang telat dan tak bisa masuk kamar hostel.
Jam 10 resepsionis datang, dan melihat daftar booking an hostel, bilangnya reservasi kami sudah dicancel dan harus booking ulang. Spontan suami saya marah, karena kami sudah bayar untuk 3 malam kenapa dicancel dan harus bayar lagi. Alasan pihak hotel sederhana, kami datang terlambat dan otomatis bookingan hotel kami dicancel dan uang tak bisa dikembalikan atau refund.
Dengan rasa marah, kecewa tapi tak ingin berdebat lama lama, kami meninggalkan hostel tersebut. Saya mulai menyesali diri, kenapa juga datang ke Milan, bukankah dari dulu memang ga pengen datang ke Milan? Entah sihir apa yang membawa saya datang ke Milan ini. Suami saya mencoba menghibur . Kami kembali ke hostel tempat kami menginap. Untung masih ada sisa kamar untuk 2 malam lagi, kalau tidak entah ke mana kami lagi harus menggeret koper. Masa harus ngemper di pertokoan Milan !
Saat travelling seperti ini ada saja memang pilihan yang mengharuskan kami hanya bisa menerima saja. Berkonfrontasi panjang lebar takkan menghasilkan apa apa. Ada juga makin bad mood yang akan mengganggu perjalanan berikutnya. Sementara sisa perjalanan masih panjang.
Ada rasa tak rela uang melayang begitu saja, terperangkap dalam kondisi yang menguntungkan sebelah pihak. Tapi itulah riak riak sebuah perjalanan, ada suka dukanya. Adakala mendapat sambutan bagaikan sultan oleh pihak hotel, adakala seolah olah diperlakukan sebagai orang yang mencari tumpangan gratis, padahal sudah bayar. Semua itu menjadi bunga bunga perjalanan.
Setelah drama terdampar di emperan pertokoan Milano ini tamat, kami melanjutkan acara hari ini dengan mengunjungi pusat kota Milan yaitu Piazza del Duomo. Di sini terletak sebuah cathedral besar dan pusat perbelanjaan. Banyak toko yang menawarkan diskon dan juga jajaran toko barang branded berjejer membuat mata jadi jelalatan. Ngences cuman bisa liat tapi ga belanja hehehe

[ˈdwɔːmo di miˈlaːno]; Lombard: Domm de Milan
[ˈdɔm de miˈlãː]) is the cathedral church of Milan, Lombardy, Italy. Dedicated to the Nativity of St Mary (Santa Maria Nascente), it is the seat of the Archbishop of Milan, currently Archbishop Mario Delpini. The cathedral took nearly six centuries to complete. It is the largest church in Italy (the larger St. Peter’s Basilica is in the State of Vatican City), the third largest in Europe and the fourth largest in the world. Wikipedia
Dari keramaian Duomo Square ini ada satu antrian yang menarik yang bikin penasara, kenapa sih mereka antri sepanjang itu. Saya mendekat antrian itu…oalah ternyata mereka antri untuk beli ice cream! Duh, apa sih, ice cream aja sampai ngantri gitu. Saya tak tertarik, karena tak berminat.


Setelah puas lihat sana sini kami berjalan menuju Sforza Castle sebuah benteng tua yang dibangun sekitar abad 15, tak jauh dari Duomo. Sepanjang jalan kami melihat orang berjalan atau sambil duduk makan ice cream. Sepertinya mereka sangat menikmati jilatan demi jilatan gunung es kecil dalam cone.

Setiap warung penjual ice cream selalu ada saja yang antri beli. Saya jadi penasaran, seperti apa sih rasa ice cream nya sehingga banyak yang beli ? Suami saya yang sudah tertarik dari awal akhirnya membujuk, beli yuk…biar kita cobain !
Akhirnya kami juga ikut antri beli, tapi di warung tak begitu antri. Harganya untuk ukuran medium sekitar 3Euro, mahal juga ya…! Tapi ternyata ice cream nya enak banget gaes…Jilatan pertama sudah bikin nagih, jilat lagi…dan lagi! Pantes saja orang orang itu pada asyik menjilat ice cream.

[dʒeˈlaːto]) is a popular frozen dessert of Italian origin. It is generally made with a base of 3.25% milk and sugar. It is generally lower in fat than other styles of frozen desserts.[1] Gelato typically contains 70% less air and more flavoring than other kinds of frozen desserts, giving it a density and richness that distinguishes it from other ice creams. Wikipedia
Ice cream atau dessert frozen ini disebut gelato dalam bahasa Italy , mungkin asal katanya dari glacier, gunung es. Saya juga baru tahu ternyata gelato Italy ini cukup terkenal nikmatnya. Sepertinya ice cream paling enak itu adanya di Italy ini. Panasnya hati karena merasa tertipu tadi seketika menjadi dingin oleh nikmatnya gelato yang lumer di mulut. Apalagi menikmatinya langsung di negeri bekas reruntuhan Byzantin ini. Mau …?
-Don’t let little things ruin your day, keep calm and eat gelato, gelato solves everything-