Cerita perjalanan saya kali ini menyusuri Mon State dan Kayin State di Myanmar. Berangkat dari Yangon dengan mobil sewaan, kebetulan saya ikut suami yang sedang tugas di sana, jadi nebeng ikut suamilah ceritanya. Mobil disewa oleh pihak organisasi tempat suami saya mengabdi sebagai pekerja kemanusiaan. Harga sewanya cukup mahal menurut saya, sekitar 150.000 Kyatt untuk jarak Yangon – Hpa An, sekitar 6 jam perjalanan. Ini perjalanan saya yang kedua ke Hpa An setelah tahun lalu.

Hpa An adanya di Kayin state, perbatasan antara Thailand dengan Myanmar bagian timur. Orang lokalnya disebut suku Karen. Dari Hpa An bisa menyeberang ke perbatasan ke kota terdekat Mae Sot – Thailand. Untuk turis diperlukan visa jika melintas lewat jalan darat. Saya sudah sampai ke Mae Sot tapi naik pesawat dari Yangon.

Kalau dilihat budaya dua lokasi yang berbatasan ini hampir mirip. Banyak orang Myanmar melintas ke Thailand demikian sebaliknya. Mereka bisa bebas melintas tanpa visa dan passport selama 5 hari. Jadi jangan heran jika ke Hpa An banyak warung Thai Food, atau jika ke Mae Sot ketemu orang yang pakai sarung dan makan sirih layaknya orang Myanmar. Kenapa bisa begitu ?

Mereka adalah orang orang yang mengungsi dikarenakan konflik di perbatasan. Bertahun tahun orang lokal mengungsi ke Mae Sot dan ketika kembali mereka membawa kebudayaan dari tempat pengungsian ke kampung halamannya, terutama makanannya. Banyak mereka bahkan sudah lahir di tempat pengungsian. Kalau saya lihat sudah ada pencampuran kebudayaan di sana.

Seperti halnya tempat wisata lainnya di Myanmar, di Hpa An ini juga banyak dijumpai Pagoda yang dijadikan juga sebagai tujuan wisata turis asing. Sedangkan untuk orang lokal sendiri, datang ke Pagoda itu adalah untuk ziarah dan menjalankan ritual ibadah. Seperti suda diketahui sebelumnya, Myanmar adalah penganut agama Buddha Teravadha mayoritas. Tak heran di setiap sudut daerah mudah untuk menemukan pagoda, temple dan monastery.

Pagoda tak hanya dibangun di dalam kota, juga di desa bahkan dia atas bukit bukit batu. Kadang saya takjub melihatnya, bagaimana bisa mereka bisa mendirikan Pagoda sedemikian banyak, di tempat yang sulit dijangkau pulak, macam gua di atas bukit.

Keinginan orang lokal itu untuk beribadah dan ziarah di tempat yang berbeda sangat tinggi. Misalnya orang yang tinggal di Yangon pergi ziarah ke Hpa An, Kyaiktho, atau dari Mandalay dan berbagai kota kota jauh lainnya. Tak hanya orang lokal, orang asing juga banyak yang datang ibadah seperti umat Buddha dari Thailand dan sebagainya.

Maka tak heran banyak paket wisata yang ditawarkan yang bisa mengantar para pengunjung itu sampai ke tujuan masing masing. Baik itu untuk ibadah maupun hanya plesiran seperti saya ini. Dan saya, seperti biasa tak pernah menggunakan jasa travel tour, lebih suka jalan berdua suami, cari sana sini. Untuk wisata di Myanmar bukan wisata yang aksesnya sulit. Selama kita sudah mengumpulkan data sebanyak banyaknya. Bertanya pada orang lokalpun sangat gampang mereka dengan senang hati menunjuk jalan yang harus dilalui.

Pengalaman saya selama tinggal di Myanmar dan berkelana dari satu state ke state lainnya, belum pernah merasakan kena scam. Selain harga wisata di Myanmar masih murah, kalaupun kena scam tidak berasa karena jumlahnya tetap saja lebih murah dibandingkan wisata macam Thailand. Itu pendapat dan pengalaman saya ya…


Nah, untuk beberapa tempat wisata yang sempat saya datangi di Hpa An adalah Saddan Cave, jaraknya sekitar 1 jam perjalanan dari kota Hpa An naik mobil. Bisa juga pergi ke sana naik ojek atau taxibike, harganya tawar menawar. Sewaktu kita masuk gua, sepatu alas kaki dilepas di pintu utama, jadi bawalah kantongan plastik.

Saddan Cave itu berupa gua di atas bukit, terbesar di Hpa An. Di dalam nya ada tempat pemujaan umat beragama Buddha, juga beberapa patung Buddha. Gua tersebut bisa dimasuki, sampai ke ujung gua yang panjangnya mungkin sekitar ratusan meter. Di dalam gua terasa gelap dan lembab, banyak suara kelelawar terdengar di kegelapannya. Ada sedikit cahaya lampu penerang, tapi hanya sebagai penanda jalan saja.

Di ujung gua ada sebuah telaga yang menjadi jalan masuk ke lubang gua berikutnya. Bisa sewa sampan sekitar 1.000 Kyatt untuk masuk ke gua berikutnya. Pemandangan di sini sangat indah, apalagi datangnya menjelang sore.

Sealain Saddan Cave ada juga namanya Kyauk Kalat Pagoda. Pagoda ini ada Hpa An, tak sulit untuk menjangkaunya. Di lokasi ini ada danau, jadi jalan menuju pagodanya harus melalui jembatan di atas danau tersebut. Sambil juga bisa memberi makan ikan yang ada di danau. Ikannya besar besar sangat. Memberi makan binatang dipercaya untuk melepaskan karma di kemudian hari.

Bersebelahan dengan lokasi pagoda ini, ada sebuah resort yang sedang dibangung. Namanya Chit Thu Myaing Resort. Di sana bisa melihat taman bunga yang cantik, terutama anggrek. Jika kamu penyuka anggrek datanglah ke tempat ini. Juga ada taman bunga melati Burma, jalan di sekitar sini terasa wangi banget.

Ada juga tempat orang bermain ski air. Atau sekedar duduk santai atau menikmati malam sambil jalan jalan di taman. Lokasi ni masih dalam tahap pengembangan jadi jangan heran masih banyak bangunan yang belum selesai di sana sini. Tiket masuk 1.000 Kyatt.



Dari Kayin State kami kembali ke Yangon kami singgah dulu di Kyaiktho berada di Mon State. Di sini bisa melihat patung Buddha yang sangat besar sedang dibangun. Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke Kinpun Basecamp, karena niatnya mau naik gunung Kyaiktiyo. Di atas sana ada sebuah pagoda yang sangat terkenal di Myanmar, yaitu Golden Rock atau Kyaiktiyo Pagoda.

Kami menginap di sekitaran Kinpun Basecamp, dati Kyaiktho sekitar 20km atau 15 menit berkendara. Dari sini kami naik truk ke atas puncak gunung, tak ada kendaraan lain yang diijinkan naik ke atas karena jalan ke atas cukup terjal dan sangat riskan. Ongkosnya 2.000 Kyatt, lama perjalanan sekitar 45 menit, jaraknya sekitar 11 km. Tiket masuk area Pagoda 10.000 Kyatt. Jam operasional dari 6 pagi sampai 6 sore.

Saat ini sudah dibangun satu cable car basecamp, di pertengahan perjalana ke atas gunung. Jika mau mencoba bisa turun di lokasi ini, kemudian melanjutkan perjalanan sampai puncak dengan naik cable car, tiketnya 10.000 Kyatt sekali jalan, jika ambil pp harganya 14.000 Kyatt. Lebih murah.

Di atas gunung ini tak hanya pagoda yang bisa dilihat, juga perkampungan penduduk dan kios para penjual souvenir. Bisa ditelusuri dengan menuruni tangga yang tersedia. Siapkan mental, karena tangganya cukup terjal, naik dan turun. Jika tak biasa pasti ngos ngosan. Tangga tersebut bisa dilewati memutar dari pintu masuk dan keluar yang berbeda. Layak untuk dicoba, karena memberi pengalaman yang berbeda.

Jika mau menginap banyak hotel tersedia di lokasi ini. Hanya saja harganya jauh lebih mahal dibandingkan di bawah, dikaki bukit sekitaran Kinpun basecamp. Udara di atas gunung cukup sejuk, jika malam dan pagi bisa jadi lebih dingin. Untuk pengalaman spiritual yang lebih dalam, ambillah waktu satu malam menginap di perkampungan di puncak gunung. Biasanya turis naik menjelang sore, sambil menunggu sunset. Sementara kami sendiri naik dari jam 9 pagi sampai 4 sore.


Malam harinya kami habiskan waktu dengan jalan jalan di sekitar Kinpun. Meskipun hanya perkampungan kecil, lokasi ini cukup ramai dan buka selama 24 jam. Pagi sempat menikmati sarapan pagi khas lokal yang terkenal itu, yaitu Mohinga.
Pulang ke Yangon kami berencana naik keretaapi dari Kyaiktho, sayangnya kami kehabisan tiket. Menurut petugas sebaiknya pesan tiket H-1 jika mau dapat seat ke Yangon. Dari Stasiun Kyaiktho kami jalan sekitar 10 menit menuju pasar lokal di jalan raya. Kami beli tiket bus ke Yangon di sekitar situ. Harga tiket 5.000 Kyatt bus AC.
Perjalanan naik bus hampir memakan waktu 4 jam jika sewa mobil mungkin hanya 3 jam, karena busnya ternyata menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan, layaknya angkutan bus umum antar kota. Di sepanjang perjalanan pulang bisa melihat perkampungan penduduk. Terbentang luas sawah dan ladang semangka.

Dari sekitaran Mon State yaitu, antara Bago dan Kyaiktho sangat banyak penjual semangka, melon dan bengkuang. Semangkanya besar besar, bisa mencapai 3 kg, harganya murah sekitar 2.000 – 3.000 Kyatt. Bengkuangnya juga manis. Harga seikatnya hanya sekitar 500 Kyatt. Kebetulan kai melintas adalah lagi musim panennya,yaitu bulan Maret.
Tips dan Trik : datanglah sebelum monsoon tiba, karena saat monsoon truk tak diijinkan naik ke atas, karena sangat beresiko.
wah, baru 2 minggu lalu saya ke Golden Rock dan Hpa’an… dan limited time juga jadi gak bisa banyak berkunjung ke gua-guanya. Senang baca post ini, mengingatkan kembali perjalanan saya kemarin. Tinggal nulisnya nii… 😀
SukaSuka
ayoo mbak, ditulis ceritanya, seru kan ke hpa an, apalagi kalok sempat trekking, asyik tuh ….
SukaSuka